Matinya seekor kerbau bule keturunan Kiai Slamet milik Keraton Solo, menjadi kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pertama yang menjangkiti hewan ternak selain sapi di Solo.
“Itu kasus pertama PMK untuk kerbau. Sejauh ini ada 30 ternak yang terserang PMK di Solo. Semuanya sapi,” ungkap Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Solo, Eko Nugroho Isbandijarso, Jumat (22/07/2022).
Dari 30 sapi yang terserang PMK itu, sebagian besar di antaranya sudah dinyatakan sembuh. Adapun PMK yang menjangkiti kerbau bule Keraton Solo itu menyerang 7 kerbau dan mengakibatkan seekor kerbau betina berusia 20 tahun mati.
“Mungkin (tertular virus) karena terbawa dari manusia. Artinya manusia sebagai pembawa. Ada orang dari daerah terkena PMK, misalnya, masuk kandang untuk melihat atau bagaimana, namun ada virus yang menempel di baju atau sepatunya,” beber Eko.
Saat ini, keenam kerbau yang terjangkit PMK sudah diobati dan kondisinya membaik.
“Kerbau yang sehat dipisahkan dari yang terindikasi sakit. Nanti tergantung hasil pemeriksaan dokter hewan seperti apa, apakah yang sehat memungkinkan untuk divaksinasi atau tidak.”
Untuk sementara, Eko berpesan agar masyarakat tidak mendekati kandang kerbau yang terjangkit PMK itu.
“Dalam artian tidak menularkan atau tertular, tapi bisa membawa virusnya ke daerah ternak. Kita tunggu dulu pemeriksaan dokter hewan,” imbaunya.
Eko juga menyarankan, kerbau Keraton Solo yang masih sakit tidak dilibatkan dalam Kirab Malam 1 Sura. Menurutnya hewan yang terkena PMK biasanya membutuhkan waktu 14 hari untuk sembuh.
“Untuk kerbau yang kemarin tidak kena PMK, nanti perlu rekomendasi dokter hewan apakah sudah benar-benar sehat,” terang Eko.